perbedaan. sepertinya satu kata itulah biangnya perusak hubungan. apa salahnya berbeda? begitu kata orang orang ketika memulai suatu hubungan. entah itu hubungan pertemanan, persahabatan, atau pacar. perbedaan akan tidak terasa di awal. terasa asyik dan meyenangkan. tapi perbedaan pulalah yang akan mengakhiri suatu hubungan. perbedaan dari dua manusia yang terlalu banyak tidak akan dapat menyatukan kedua manusia itu. apa mawar bisa menjalin pertemanan dengan kaktus? mereka berbeda habitat, beda family, beda bentuk,, beda dalam keseluruhan. seseorang hanya bisa bersahabat dengan orang dari famili yang sama. misalnya mangga gedong dengan mangga harumanis, atau kucing persia dan kucing kampung. seseorang akan berkata, "kata siapa?". baiklah, akan kutunjukkan hipotesis berikutnya. orang orang akan bisa menjalin hubungan, jika interaksi mereka mutualisme atau paling tidak komensalisme. bisa lihat bunga dan lebah? ikan badut dan anemon?. mereka berbeda, tapi mereka diciptakan untuk saling melengkapi seperti laki laki dan perempuan seperti ibu dan anak dan seperti air dan api. berbeda tapi menguntungkan. orang yang melakukan hubungan mutualisme, adalah orang orang yang menjalin hubungan tidak dekat. seperti bos dan karyawan, atau pelanggan dan pembeli.
seseorang tidak akan bisa jadi dekat jika mereka memiliki banyak perbedaan,kan? aku selalu percaya itu, karena aku, berbeda.
aku terlahir pada keluarga yang biasa, hanya bedanya keluargaku mempunyai mobil harga milyaran, punya saham dimana mana dan pemilik beberapa perusahaan besar. ya, aku berbeda karena aku, kaya raya. aku tampan. setidaknya kulitku terawat sejak umurku 1/4 hari. aku adalah pewaris pertama dari perusahaan ayahku. ayahku bilang, dia akan mengandalkanku.
Ini Kisahku, Kisahmu?
Sabtu, 27 Desember 2014
Selasa, 23 Desember 2014
kisah 4
Tring. Handphoneku
berbunyi. Tring. Tring. Tring. Kali ini 3 tring yang artinya ada 3 pesan paling
paling perempuan perempuan menyebalkan yang tidak jelas itu. Menyebalkan. Mengganggu
saja. apa mereka pikir membuat pesan tidak penting bagi seseorang itu tidak
mengganggu. Buru buru aku mengganti profile smartphoneku menjadi silent. aku
sedang membuat tugas kuliahku dan seseorang menelepon. Salah seorang perempuan
bodoh yang menganggap kalau aku ini cinta sejatinya. Aku berpacaran dengannya. Tapi
tidak pernah sekalipun bilang kalau aku menyukainya atau kata kata yang
menyatakan kalau aku suka padanya. Aku bahkan tidak pernah sekalipun mengirim
emoticon kiss. Dia yang selalu bilang selamat pagi, siang, sore, malam,
bertanya aku sudah makan atau belum. Apa pedulinya sih? Aku ini berumur 19 dan aku jelas jelas dapat menjaga diriku
sendiri. Lagi pula untuk apa dia bertanya tanya hal seperti itu. Memangnya kalau
tidak makan satu kali aku bisa langsung mati?. Sebal. Dia terus saja
mengirimiku pesan. Aku baru berpacaran dengannya 7 hari alias 1 minggu. Tapi lihatlah
dia. Seperti aku dan dia sudah berpacaran 10 tahun. “hah?” tanyaku mengangkat
panggilannya. Dia mulai mengomel. Terdengar mungkin dia menangis. Sampai akhir
klimaksnya aku bertanya “jadi kamu maunya apa?” lalu dia berkata dengan
kesalnya. “aku maunya kita putus!” teriaknya membabi buta. Mungkin dia
menginginkan respon yang baik yaitu agar aku memohon mohon padanya agar ia
tidak memutuskanku jadi baiklah. “beneran kamu mau putus? Aku masih belum mau
putus” kataku dengan nada kekanak kanakkan. ”iya!” katanya lalu mulai mengomel
lagi. Aku menarik tanganku yang mengepal. Yeay! Akhirnya bisa putus dari gadis
menyebalkan ini. “oke.” Kataku pada akhir omelannya.”jangan telepon atau
mengirim apapun padaku ya. Bye.” Kataku menutup pembicaraan,
Gadis gadis
ini selalu menyebalkan. Dasar. Mengapa mereka seperti itu sih. Aku ini kan
hanya pacar bukan calon suami atau apa. Memangnya mereka pikir aku akan menjadi
suami mereka selama 8 tahun kedepan? Aku yakin dalam 8 tahun itu aku akan
menemukan perempuan lebih cantik lagi. Lagipula apa gunanya menanyakan kabar
setiap 5 menit sekali? Berkata kangen setiap 3 jam sekali. Membosankan. Setiap menutup
pembicaraan basa basi itu mereka pasti bilang. I love you. Siapa yang cinta
siapa? Aku tidak pernah suka pada mereka. Aku hanya ingin mencari teman untuk
nonton film, untuk dinner, ataupun untuk jalan jalan. Lagipula, heh, perempuan
yang pernah aku pacari. Apa sekalipun aku pernah bilang kalau aku menyukai
kalian.
Aku ini
tampan. Tolong jangan remehkan. Kemungkinan ditolakku hanya 0,000001 %. Aku ini
idola. Tampan, pintar, dan anak seorang bussiness woman yang kaya raya. Hebat,
kan?. tentu saja. aku sendiri sadar kalau itu sangat hebat. kehebatankulah yang membuatku berperilaku menyebalkan seperti ini. lagi pula, ini salah lili. kalau lili, sahabatku tidak punya pacar aku tidak perlu
pacar. Aku bisa pergi kemanapun dengannya. Tidak butuh seseorang yang menanyai
ku kabar karena dia, selalu tahu. Dia ini gadis yang pintar prediksi. Entah apa
yang membuatnya begitu tahuu, ketika aku sakit ia selalu datang kerumahku. Ia membawakanku
obat demam. Dialah sahabat yang paling mengerti. Tidak pernah menanyaiku kabar
atau kata kata basa basi. Tidak pernah mengirimiku pesan 5 menit sekali. Juga jarang
menyebalkan. Kubilang jarang karena beberapa kali dia memang menyebalkan ia
sering berkata “hati hati kau dikutuk tuhan mempermainkan perempuan seenaknya”
sambil meninju perutku. Dia ini cantik. Jagoan. Sempurna dari sudut mata
seorang laki laki. Kami bersahabat sejak.... Ah, aku sudah tidak ingat lagi
tapi aku yakin itu sudah lama sekali.
Ada panggilan
masuk lagi. Harusnya sih tidak ada karena mantan pacarku seharusnya sedang menangis
di kamarnya dan bukan menelepon untuk mengomel. Tapi itu dari lili. Buru buru
aku mengangkatnya. Ia menangis. Aku hampir membawa jaket untuk kerumahnya
ketika dia bilang
“ko, dengerin gue
sampai gue beres ngomong dan lo jangan pergi kemana mana oke!” dia bercerita
tentang pacarnya. Katanya pacarnya minta putus. aku sih sudah tau kalau
pacarnya itu menyebalkan. Tapi mengapa mereka putus? mereka berpacaran 3 tahun.
Sejak SMA. Bukan seperti aku yang berganti ganti pacar, ia setia. Pacarnya yang
sekarang adalah pacar pertamanya. Bahkan awalnya aku curiga mereka akan
berpacaran hingga menikah. Tapi pikiranku ini melayang layang. Hatiku ini
merasa senang diatas penderitaan sahabatku. Aku senang, karena dia putus.
jahat, ya? Tapi begitulah kenyataannya. Aku beberapa kali berusaha membuatnya
nyaman. Berkata “tidak apa- apa” dan “aku akan menemuimu besok”. Aku bisa
mendengar napas leganya. Seperti isyarat kalau ia sudah tidak apa apa lagi.
Dia selalu
bercerita padaku. Semuanya. Tidak ada yang ia sembunyikan. Ia menceritakan
benar benar semuanya seperti aku yang juga begitu. Aku mengiriminya pesan “jangan
nangis terus ya, cantik. :*” aku hanya mengirim pesan pesan seperti ini padanya
tidak pernah pada siapapun juga tidak
pada pacarku. Kira kira seteengah menit kemudian ada pesan darinya “huh! Lebay!
Tapi Iya. Terimakasih <3. Aku tersenyum. Entah mengapa aku senang dikirimi
emoticon emoticon heart atau kiss darinya. Bahkan pacarku, atau pacarnya tidak
pernah marah ketika melihat emoticon yang kami saling kirimkan itu. Kurasa semua
orang tahu kalau kami ini memang hanya sahabat. Dan tidak akan pernah lebih
dari itu. aku selalu merasa nyaman dengannya. merasa tidak ada yang perlu disembunyikan. ia selalu tahu apa yang ingin ku bicarakan, apa yang kubenci, dan apa yang membuatku tidak nyaman. dia selalu tahu. dia menelepon lagi. "apa?" tanyaku cepat cepat bahkan aku mengangkatnya pada nada "trdz" pertama. "pacarku minta balikan lagi, ko." rasanya jantungku seperti mau copot. kenapa dia masih memanggil laki laki itu dengan kata "pacar" dan bukan "mantan pacar". kenapa sih si sialan itu harus minta balikan sama sahabat cantikku itu. ia jelas jelas tidak pantas dapatkan lili. "kamu mau terima lagi?" aku bertanya dengan nada yang sebaik baiknya. " aku mau tanya kamu. aku harus terima dia lagi jangan ya?!". aku berpikir sejenak. apa yang harus aku lakukan otakku sih berkata kalau aku harus bilang "ya itu sih terserah kamu.. kamu yang pacaran. kalau kamu ngerasa balikan adalah yang terbaik yaudah bailkan". tapi hatikuu rasannya sangat kesal dan mendorongku untuk bilang "jangan. karena aku menyayangimu.". akhirnya mulutkulah yang memutuskan. tapi ya, dasar mulut sialan. sepertinya dia bersahabat karib dengan hatiku. lili dengan rusuh mematikan teleponnya. mungkin kalau aku bilang dengan cara ini ia pasti tidak akan percaya. merasa terkhianati dan tidak sudi bertemu denganku lagi. tapi aku terus meyakinkan diriku, kalau lili bukanlah orang yang seperti itu. lili tidak akan meninggalkan sahabatnya hanya karena sahabatnya itu menyukainya kan?. dia bilang aku ini adalah orang yang suka mempermainkan perasaan orang. dan setiap aku putus dan membuat perempuan menangis, ia akan memukulku satu kali dibagian perutku dan itu sakit. bagaimana ini? bagaimana aku berani bertemu dengannya lagi dalam hidupku. tidak lama setelah itu aku menyesal terus memukuli mulutku yang tidak dapat bertanggung jawab atas perbuatannnya. aku tidak bisa menyelesaikan permasalahannya hari ini. lili pasti sedang merencanakan jurus apa yang pantas ia gunakan pada laki laki menyebalkan ini. bulan sudah menyingsing dan yah, besok adalah waktu yang tepat.
malam itu aku mendapat banyak mimpi. entah berapa banyak aku bermimpi yang kuingat kebanyakan diantaranya ialah mimpi buruk. aku bangun pagi sekali, mungkin saat fajar. lalu aku berendam aku memutuskan untuk segera minta maaf pada lili dan berkata kalau semua ini hanya bercanda. aku berendam selama 3 jam. kira kira masih jam 7 pagi. dan hari ini kuliahku kosong. aku memutuskan untuk membuat sarapan sambil terus berpikir. terdengar bunyi pin di pintu apartemenku. yang tahu pintu apartemenku itu hanya ada 3 orang. aku, lili dan ibu. ibuku sedang melakukan perjalanan ke amerika dengan adikku. lalu yang menekan tombol pin itu adalah... lili? .
aku mengintip dan itu benar benar lili. aku panik tidak tahu apa yang harus kulakukan sampai ia masuk dengan hentakkan kakinya dan berteriak "hei! ciko! kesini!". tidak ada lagi yang dapat kulakukan selain mengikuti perintahnya. aku buru buru berlutut takut sambil menundukkan kepalaku. lili berlutut juga. mungkin ia tidak suka memukul kepala atau punggungku apa dia igin memuul perutku lagi?. aku menutup mataku. takut. tapi kurasakan ada tangan yang melingkar di leherku. apa ini? pelukan? lili memelukku. kami sering berpelukan jika baru bertemu atau ketka bahagia tapi mengapa pelukan yang ini terasa berbeda terasa lebih nyaman. aku ragu ragu tapi akhirnnya membalas pelukannya juga. ia lalu memukuli punggungku, menangis. "kenapa?" katanya dengan suara sangat pelan bebisik di telingaku. "kenapa kau tidak bilang dari dulu?!" aku tersenyum. aku mengerti. dia tidak akan memukulku dan bersikap jahat padaku hanya karena aku menyukainya. dia tidak akan meninggalkanku. aku tahu itu. tapi, apa ini berarti aku jadi pacarnya sekarang?. kami berdiri. walaupun situasinya canggung aku tidak merasakan kecanggungan sama sekali. "jadi... kita pacaran?" kataku dengan nada di-imut-imut-kan. dia tersenyum, mengangguk tapi lalu mengubah ekspresinya "jangan mimpi" katanya manis. hubungan kami tetap seperti ini. sejak dulu sekali. tidak sebagai pacar tapi lebih dari sekedar teman? aku tidak tahu berapa lama kamim akan berteman tapi, aku harap itu lebih dari 50 tahun. meskipun aku bertemu perempuan perempuan yang lebih cantik aku akan terus hanya memperhatikannya. aku tidak akan pernah mempermainkannya. tidak akan bosan dengan pertanyaannya dan kelakukuan menyebalannya. lili, ayo terus seperti ini sampai aku melamarmu, sampai kita menikah dan punya banyak anak. tapi sepertinya kisah ini harus terhenti karena lili meneriakiku dengan behitu kencangnya "hei!MANA SARAPANKU?!". kami tertawa lagi.
-The End-
malam itu aku mendapat banyak mimpi. entah berapa banyak aku bermimpi yang kuingat kebanyakan diantaranya ialah mimpi buruk. aku bangun pagi sekali, mungkin saat fajar. lalu aku berendam aku memutuskan untuk segera minta maaf pada lili dan berkata kalau semua ini hanya bercanda. aku berendam selama 3 jam. kira kira masih jam 7 pagi. dan hari ini kuliahku kosong. aku memutuskan untuk membuat sarapan sambil terus berpikir. terdengar bunyi pin di pintu apartemenku. yang tahu pintu apartemenku itu hanya ada 3 orang. aku, lili dan ibu. ibuku sedang melakukan perjalanan ke amerika dengan adikku. lalu yang menekan tombol pin itu adalah... lili? .
aku mengintip dan itu benar benar lili. aku panik tidak tahu apa yang harus kulakukan sampai ia masuk dengan hentakkan kakinya dan berteriak "hei! ciko! kesini!". tidak ada lagi yang dapat kulakukan selain mengikuti perintahnya. aku buru buru berlutut takut sambil menundukkan kepalaku. lili berlutut juga. mungkin ia tidak suka memukul kepala atau punggungku apa dia igin memuul perutku lagi?. aku menutup mataku. takut. tapi kurasakan ada tangan yang melingkar di leherku. apa ini? pelukan? lili memelukku. kami sering berpelukan jika baru bertemu atau ketka bahagia tapi mengapa pelukan yang ini terasa berbeda terasa lebih nyaman. aku ragu ragu tapi akhirnnya membalas pelukannya juga. ia lalu memukuli punggungku, menangis. "kenapa?" katanya dengan suara sangat pelan bebisik di telingaku. "kenapa kau tidak bilang dari dulu?!" aku tersenyum. aku mengerti. dia tidak akan memukulku dan bersikap jahat padaku hanya karena aku menyukainya. dia tidak akan meninggalkanku. aku tahu itu. tapi, apa ini berarti aku jadi pacarnya sekarang?. kami berdiri. walaupun situasinya canggung aku tidak merasakan kecanggungan sama sekali. "jadi... kita pacaran?" kataku dengan nada di-imut-imut-kan. dia tersenyum, mengangguk tapi lalu mengubah ekspresinya "jangan mimpi" katanya manis. hubungan kami tetap seperti ini. sejak dulu sekali. tidak sebagai pacar tapi lebih dari sekedar teman? aku tidak tahu berapa lama kamim akan berteman tapi, aku harap itu lebih dari 50 tahun. meskipun aku bertemu perempuan perempuan yang lebih cantik aku akan terus hanya memperhatikannya. aku tidak akan pernah mempermainkannya. tidak akan bosan dengan pertanyaannya dan kelakukuan menyebalannya. lili, ayo terus seperti ini sampai aku melamarmu, sampai kita menikah dan punya banyak anak. tapi sepertinya kisah ini harus terhenti karena lili meneriakiku dengan behitu kencangnya "hei!MANA SARAPANKU?!". kami tertawa lagi.
-The End-
kisah 3
Dia ada disitu. Sendiri. Menunggu. Seperti diriku. Kita banyak memiliki
kesamaan, kecuali pada apa yang kami tunggu. Kagum aku padanya. Kakak
kelas cantik yang terlihat menyenangkan. Kagumku yang pertama muncul
saat itu, dia sedang tertawa dengan teman temannya tersenyum seolah ia
tak punya sedikitpun beban hidup. Kulihat dia hampir terpleset, karena
sampah botol plastik yang tadi aku lempar. Ia hampir menjatuhkan
kepalanya yang berharga ke tanah. Untung temannya itu sigap
menangkapnya. Laki laki. Temannya, laki laki. Bukannya marah dan
mengomel, ia mengambil botol itu, membuangnya ke tempat yang benar. Lalu
tersenyum, dan bercanda lagi dengan mereka. Aku tidak tau ini takdir
atau apa, tapi tuhan membiarkan kami bertemu lagi di kantin, ia
berbicara dengan ibu kantin itu, sesuatu. Aku pergi kesana, mencari tahu
"bu, kembaliannya lebih loh, kemarin. Maaf ya, baru nyadar pas pulang..
" katanya sambil memberikan uang pecahan 2000an. Kagumku yang ketiga,
ini benar benar tidak terduga. Ia bertengkatr. Di depan kelas dan
ditonton oleh semua teman sekelasnya. Aku disitu. Mengintip atau apa ya,
namanya.. pokoknya aku ada di situ. Diam. Mendengar. Hal yang dapat aku
simpulkan adalah ia bertengkar sesama bendahara. Memarahi bendahara
yang lain karena menghilangkan uangnya. Dia beberapa kali hanya berkata "
tanggung jawab" atau "uangnya kurang". Tapi ini yang membuatku kagum,
ia menghela napas, lalu berkata "aku.. hm.. baiklah aku mengerti. Kamu
pasti sangat miskin sampai harus mengambil uang yang bukan milikmu, ya?
Ah, apa jangan jangan jam baru ini juga hasil curian?" Katanya. Terlihat
temannya menangis, dan pergi keluar kelas. Indah. Kata katanya
mempermainkan keadaan mental seseorag. Semua orang tidak suka
direndahkan dan bang! Dia benat benar memanfaatkan itu. Kulihat beberapa
orang menatapnya jijik. Benerapa lagi setuju dengannya. Dia sendiri
diam. Terlihat raut mukanya kalau dia sangat merasa berasalah.
Entah ada apa dengan takdirku. Tapi tuhan membiarkan aku menikmati kekaguman kekaguman berikutnya. Uts. Ulangan yang dibenci semua murid itu justru jadi hal baik bagiku. Kami duduk sebangku. Kelas 11 dan kelas 10.
Dia tersenyum padaku. Indah. Menyapaku ringan dengan kata kata " hai, dek dan kita sebangku ya?". Aku hanya tersenyum malu, tak bisa berbuat apa apa lagi . Tak kusangka, malaikat cantik itu juga sangat pintar ia menjawab semua pertanyaan dengan enteng dan tidak sepertikuvyang bahkan menggigit pulpen ditengah ulangan. "Susah ya?". Kata kata itu membuatku malu. Di depan perekpuan itu, aku benar benar tidak boleh terlihat bodoh. Aku memang bodoh, tapi tampan. Hehe. Aku menyadarinya karena aku benat benar sudah belajar semalaman tapi tetap saja tidak pernah bisa ingat. Dia hanya tertawa, saat aku menggoyang giyangkan pahaku, tidak tahu harus mengerjakan soal yang mana. Kami mengobrol. Sedikit. Aku sangat ingat, dia betkata kata kata yang sampai sekarang aku tidak bisa lupa "gak apa apa. Belajar lagi ya.. kelas sepuluh emanh paling susah dilewati kayanya" lalu tersenyum. Ya tuhan, senyum itu benar benar menenangkan. Aku sampai tidak bisa tidak tersenyum setelah melihatnya tersenyum seindah itu. Kemudian aku melihatnya bersama teman laki laki itu. Kesal. Mengapa ia sesering itu bersama laki laki menyebalkan itu. Laki laki itutidak ganteng tidaj kelihatan pintar juga. Entah apa yang membuat orangvyang aku kagumi itu selalu dekat dekat dengannya. Awalnya aku kira mereka hanya teman. Tapi sepertinya pacar. Bukan sepertinya, tapi benar benar pacar. "Hai" katanya, tersenyum. "Ha..ha..hai" aku terbata bata kaget dengan sapaan tiba tiba itu. "lagi nunggu apa? Dih. Sendirian aja, pacarnya mana?" Dia bercanda lalu tertawa kecil. Cantik. "Hm... gak punya kak? Kakak lagi nunggu siapa?". "Lagi nunggu pacar dong!" Katanya sambil tersenyum seperti biasa. Entah apa yang aku pikirkan tapi aku tidak bisa membalas senyumnya yang ini. Jantungku sepertinya melemah. Aku curiga ini tanda tanda penyakit jantung. Lalu laki laki itu datang, melambai padanya dari sepeda keren yang terlihat menyebalkan. "Kakak duluan ya!" Dia melambai dengan lucunya. Menggemaskan sekali. Tapi dadaku masih terasa sesak. Perutku mual dan sepertinya aku mau muntah. Aku mengaguminya. Tidak. Bahkan lebih mengaguminya. Aku menyukainya. Aku suka ketika ia tersenyum. Aku suka ketika dia menertawakanku yang tak bisa mengerjakan soal soal ulanganiyu. Aku suka ketika dia tidak memaksaku untuk menjawab pertanyaannya. Jelas jelas dia tadi bertanya aku sedang menunggu apa. Aku tidak menjawabnya. Aku juga tidak tahu aku menunggu apa. Mungkin menunggu inspirasi, mungkin menunggu transportasi, mungkin juga menunggunya. Aku akan tetap melihatmu kakak cantik. Tetap kagum dan menyukaimu. Terserah kau punya pacar atau tidak, aku tetap ada disini, menunggu sampai kau sadar kalau aku mengagumimu. Menyukaimu.♡
Entah ada apa dengan takdirku. Tapi tuhan membiarkan aku menikmati kekaguman kekaguman berikutnya. Uts. Ulangan yang dibenci semua murid itu justru jadi hal baik bagiku. Kami duduk sebangku. Kelas 11 dan kelas 10.
Dia tersenyum padaku. Indah. Menyapaku ringan dengan kata kata " hai, dek dan kita sebangku ya?". Aku hanya tersenyum malu, tak bisa berbuat apa apa lagi . Tak kusangka, malaikat cantik itu juga sangat pintar ia menjawab semua pertanyaan dengan enteng dan tidak sepertikuvyang bahkan menggigit pulpen ditengah ulangan. "Susah ya?". Kata kata itu membuatku malu. Di depan perekpuan itu, aku benar benar tidak boleh terlihat bodoh. Aku memang bodoh, tapi tampan. Hehe. Aku menyadarinya karena aku benat benar sudah belajar semalaman tapi tetap saja tidak pernah bisa ingat. Dia hanya tertawa, saat aku menggoyang giyangkan pahaku, tidak tahu harus mengerjakan soal yang mana. Kami mengobrol. Sedikit. Aku sangat ingat, dia betkata kata kata yang sampai sekarang aku tidak bisa lupa "gak apa apa. Belajar lagi ya.. kelas sepuluh emanh paling susah dilewati kayanya" lalu tersenyum. Ya tuhan, senyum itu benar benar menenangkan. Aku sampai tidak bisa tidak tersenyum setelah melihatnya tersenyum seindah itu. Kemudian aku melihatnya bersama teman laki laki itu. Kesal. Mengapa ia sesering itu bersama laki laki menyebalkan itu. Laki laki itutidak ganteng tidaj kelihatan pintar juga. Entah apa yang membuat orangvyang aku kagumi itu selalu dekat dekat dengannya. Awalnya aku kira mereka hanya teman. Tapi sepertinya pacar. Bukan sepertinya, tapi benar benar pacar. "Hai" katanya, tersenyum. "Ha..ha..hai" aku terbata bata kaget dengan sapaan tiba tiba itu. "lagi nunggu apa? Dih. Sendirian aja, pacarnya mana?" Dia bercanda lalu tertawa kecil. Cantik. "Hm... gak punya kak? Kakak lagi nunggu siapa?". "Lagi nunggu pacar dong!" Katanya sambil tersenyum seperti biasa. Entah apa yang aku pikirkan tapi aku tidak bisa membalas senyumnya yang ini. Jantungku sepertinya melemah. Aku curiga ini tanda tanda penyakit jantung. Lalu laki laki itu datang, melambai padanya dari sepeda keren yang terlihat menyebalkan. "Kakak duluan ya!" Dia melambai dengan lucunya. Menggemaskan sekali. Tapi dadaku masih terasa sesak. Perutku mual dan sepertinya aku mau muntah. Aku mengaguminya. Tidak. Bahkan lebih mengaguminya. Aku menyukainya. Aku suka ketika ia tersenyum. Aku suka ketika dia menertawakanku yang tak bisa mengerjakan soal soal ulanganiyu. Aku suka ketika dia tidak memaksaku untuk menjawab pertanyaannya. Jelas jelas dia tadi bertanya aku sedang menunggu apa. Aku tidak menjawabnya. Aku juga tidak tahu aku menunggu apa. Mungkin menunggu inspirasi, mungkin menunggu transportasi, mungkin juga menunggunya. Aku akan tetap melihatmu kakak cantik. Tetap kagum dan menyukaimu. Terserah kau punya pacar atau tidak, aku tetap ada disini, menunggu sampai kau sadar kalau aku mengagumimu. Menyukaimu.♡
Minggu, 21 September 2014
Tentang novel “Remember When”
Ketika
sedang tidak tahu memilih novel apa, saya akhirnya menjatuhkan pilihan pada
novel buatan Winna Effendi (yang sukses memfilmkan novel buatannnya “refrain”)
yang berjudul remember when. Awalnya memilih novel ini karena ceritanya tentang
kehidupan anak SMA, juga karena nama besar Winna Effendi sebagai penulis cerita
remaja yang menurut saya sangat oke. Ketika diawal, saya sempat bingung karena
novel ini dibuat dengan 5 sudut pandang 4 tokoh utama dan 1 tokoh pembantu.
Tokohnya adalah:
Freya. Pacar Moses sekaligus sahabat Anggia.
Anggia. Pacar Adrian sekaligus sahabat Freya.
Moses. Pacar Freya sekaligus sahabat Adrian
Adrian. Pacar Anggia sekaligus sahabat Moses.
Awalnya sempat kesal karena sudut pandang pada novel ini
banyak dan membuat bingung. Tapi di bab bab pertama, saya mulai menikmati
cerita tentang Freya yang bosan terhadap hidupnya dan kisah percintaannya
bersama Moses. Saya kira ia akan melakukan perubahan besar tapi ternyata tidak,
ia malah terkesan tak berdaya dan patut dikasihani. Konflik mulai terasa hambar
ketika secara sekonyong konyong ibu dari Adrian meninggal akibat kecelakaan
yang terkesan dipaksakan. Adrian mulai merasa lebih nyaman dengan Freya
daripada pacarnya sendiri, karena Freya mengerti persaanya karena mereka berdua
sama sama tidak punya ibu.. what? . Di novel ini, mungkin penulis menginginkan
pembaca untuk menafsirkan kalau cinta tidak bisa dipaksakan dan kapan saja bisa
memudar juga membosankan. Tapi sungguh, ceritanya malah terkesan sekenanya dan
saya sendiri menafsirkan kalau cinta cerita cinta 4 sejoli gak jelas ini
hanyalah cinta monyet yang mengandung cerita klise yang banyak ditayangkan di tv
swasta siang hari.
Tapi karena sudah membacanya,
saya lanjutkan cerita ini sampai tuntas dan betul deh, kalau bukan demi Winna effendi,
saya tidak akan menyelesaikan cerita ini. Apalagi Adrian dan Freya yang bikin
kesal, mereka sangat egois tapi penulis masih memaksakan kalau mereka hanyalah
dua sejoli yang ingin jujur dan bebas. Juga Anggia yang masih mempertahankan
kebodohannya(karena ia sudah memberikan segalanya pada Adrian, dan dia tidak
menyesal.. what?) dengan masih mengharapkan Adrian yang lebih menyukai
sahabatnya. Freya, menurut saya adalah tokoh yang paling menjengkelkan. Ia
tidak mau mengorbankan pacarnya, tapi justru dialah yang paling menginginkan
semuanya. Intinya, Freya, Adrian, dan Anggia, semuanya adalah tokoh yang tak
tahu diri dan mengesalkan( Penulis membuat sosok seorang remaja yang tidak
patut dicontoh). Dan yang tidak kalah konyol adalah penulis memasukan satu
tokoh sahabat Freya yang ikut ikutan kisah cinta dengan menyukai Anggia. Jelas
jelas ini menunjukkan kalau cinta tidak harus memiliki tapi kesannya pemaksaan
dan terkesan roman picisan. Satu satunya tokoh yang saya suka adalah Moses.
Ketika tahu Freya ‘berselingkuh’ dengan Adrian yang ia lakukan adalah
melepaskan Freya dan menonjok Adrian. Dia berani meninju seseorang setelah
sekian lama tidak cari masalah dengan siapapun. Tapi lagi lagi menjengkelakan, Adrian
meninju balik dan tinjuannya mengenai Freya. Seeakan tidak memberi ruang untuk
menikmati cerita, penulis terus terusan memasukkan kejadian sekenanya, dibuat
buat, dan sudah banyak di kisah roman lainnya.
Apalagi akhirnya yang terkesan
super duper dipaksakan. Lagi lagi dengan tiba tiba dibantu pencerahan temannya
anggia kini melepaskan adrian pergi kepada freya.. what?. Setelah bertahun
tahun lamanya, mereka bertemu lagi, dan dikisahkan memiliki akhhir tidak jelas
yang sepertinya bahagia. Begitu, dan tamat.
Yah, yang penting saya sudah
cukup kuat membacanya sampai akhir. Saya tidak merekomendasikan ini sebagai
bacaan ringan, tapi novel ini tidak membuat saya tidak menyukai Winna Effendi.
Dan sekali lagi, kalau bukan Winna Effendi yang merangkai kata katanya, saya
sudah menutup novel ini pada halaman kesepuluh. 2 bintang untuk novel ini
karena pilihan diksi yang bagus dan usaha penulis untuk membuat novel 5 sudut
pandang. Terus berjuang Winna Effendi! Saya harap, novel novel selanjutnya
lebih baik... :)
Tentang novel “Sunshine Become You”
Ketika jalan jalan ke toko buku,
tatapan saya tertuju pada buku yang tertempeli tulisan national best seller.
Ketika melihat penulisnya, saya langgsung tertarik karena novel itu adalah
novel karya Ilana Tan. Penulis misterius (karena tidak pernah menceritakan
dirinya di catatan penulis dengan detail) ini, sukses mebuat buku trilogi 4
musim. Tanpa ragu, saya membelinya (walaupun uang jajan pas pasan).
Ketika membuka halaman awal awal
saya disodorkan puisi behasa inggris yang saya tidak mengerti. Tapi ketika
membaca halaman halaman selanjutnya, saya terhanyut dalam cerita dan tidak mau
berhenti membaca atau menskip satu halamanpun. Diawali dengan kehadiran Ray
hirano, yang awalnya saya kira adalah tokoh utama cerita. Juga pertemuan Mia Clark
dan Alex hirano. Kata katanya mengalun seperti tidak ada yang dapat
menghentikan saya untuk ikut bergabug bersama Alex dan Mia. Mereka bertemu
dengan ketidak sengajaan, Mia Clark mematahkan tangan Alex, sang pianis yang
begitu berarga. Hubungan mereka di mulai dengan pertengkaran kecil karena Alex
kesal ia menskip konser konsernya karena Mia. Dan Mia tidak punya daya untuk
mengganti rugi seluruh konser Alex. Konflik mulai seru ketika kita tahu kalau Mia
memiliki penyakit jantung yang kronis dan tidak bisa disembuhkan sampai
akhirnya Mia meninggal.
Awalnya saya kira novel ini berakhir bahagia karena operasi
transplantasi jantung Mia berhasil. Tapi ternyata tidak. Ilana Tan tidak
memberi ruang bagi pembaca untuk mengira ngira dan membuat perkiraan itu benar.
Saya kagum dengan penulis karena tidak memaksakan secuil hal pun dalam novel
indah ini. Tidak memaksa Ray adan Alex untuk bermusuhan memperebutkan Mia.
Tidak memaksa Mia yang tidak mempunyai orang tua kandung itu berjelajah mencari
orang tuanya. Tidak pula memaksa Mia untuk hidup kembali dan hidup bahagia
bersama Alex. Adegan romantis di novel ini memang ada beberapa yang terkesan
terlalu biasa tapi Alex, Mia, dan rangkaian kata Ilana Tan membuat peristiwa
demi peristiwa terkesan begitu asyik untuk diselami.
Begitu senangnya saya membaca
novel ini sampai nangis lama setelah baca akhirnya. Yang paling saya suka
adalah Alex yang sepertinya sangat mencintai Mia apapun yang terjadi dan tidak
ketinggalan lagunya ‘sunshine become you’ yang awalnya berjudul ‘thingking of Clark’.
Saya juga suka cara penulis dengan tidak terlalu banyak menceitakan kehidupan Ray
dan cara Mia tidak menolak Ray dan tidak juga menerimanya. Saya juga suka
ketika penulis tidak memberikan kesempatan bagi Ray untuk menyatakan cintanya
pada Mia dan membuat konfliknya alot.
Saya
merekomendasikan buku ini kepada siapapun yang menyukai cerita roman. 4 bintang
untuk buku Ilana Tan ini. Keren! J
Langganan:
Postingan (Atom)