Sabtu, 27 Desember 2014

kisah 5

perbedaan. sepertinya satu kata itulah biangnya perusak hubungan. apa salahnya berbeda? begitu kata orang orang ketika memulai suatu hubungan. entah itu hubungan pertemanan, persahabatan, atau pacar. perbedaan akan tidak terasa di awal. terasa asyik dan meyenangkan. tapi perbedaan pulalah yang akan mengakhiri suatu hubungan. perbedaan dari dua manusia yang terlalu banyak tidak akan dapat menyatukan kedua manusia itu. apa mawar bisa menjalin pertemanan dengan kaktus? mereka berbeda habitat, beda family, beda bentuk,, beda dalam keseluruhan. seseorang hanya bisa bersahabat dengan orang dari famili yang sama. misalnya mangga gedong dengan mangga harumanis, atau kucing persia dan kucing kampung. seseorang akan berkata, "kata siapa?". baiklah, akan kutunjukkan hipotesis berikutnya. orang orang akan bisa menjalin hubungan, jika interaksi mereka mutualisme atau paling tidak komensalisme. bisa lihat bunga dan lebah? ikan badut dan anemon?. mereka berbeda, tapi mereka diciptakan untuk saling melengkapi seperti laki laki dan perempuan seperti ibu dan anak dan seperti air dan api. berbeda tapi menguntungkan.  orang yang melakukan hubungan mutualisme, adalah orang orang yang menjalin hubungan tidak dekat. seperti bos dan karyawan, atau pelanggan dan pembeli.
seseorang tidak akan bisa jadi dekat jika mereka memiliki banyak perbedaan,kan? aku selalu percaya itu, karena aku, berbeda.
aku terlahir pada keluarga yang biasa, hanya bedanya keluargaku  mempunyai mobil harga milyaran, punya saham dimana mana dan pemilik beberapa perusahaan besar. ya, aku berbeda karena aku, kaya raya. aku tampan. setidaknya kulitku terawat sejak umurku 1/4 hari. aku adalah pewaris pertama dari perusahaan ayahku. ayahku bilang, dia akan mengandalkanku.

Selasa, 23 Desember 2014

kisah 4



                Tring. Handphoneku berbunyi. Tring. Tring. Tring. Kali ini 3 tring yang artinya ada 3 pesan paling paling perempuan perempuan menyebalkan yang tidak jelas itu. Menyebalkan. Mengganggu saja. apa mereka pikir membuat pesan tidak penting bagi seseorang itu tidak mengganggu. Buru buru aku mengganti profile smartphoneku menjadi silent. aku sedang membuat tugas kuliahku dan seseorang menelepon. Salah seorang perempuan bodoh yang menganggap kalau aku ini cinta sejatinya. Aku berpacaran dengannya. Tapi tidak pernah sekalipun bilang kalau aku menyukainya atau kata kata yang menyatakan kalau aku suka padanya. Aku bahkan tidak pernah sekalipun mengirim emoticon kiss. Dia yang selalu bilang selamat pagi, siang, sore, malam, bertanya aku sudah makan atau belum. Apa pedulinya sih? Aku ini berumur  19 dan aku jelas jelas dapat menjaga diriku sendiri. Lagi pula untuk apa dia bertanya tanya hal seperti itu. Memangnya kalau tidak makan satu kali aku bisa langsung mati?. Sebal. Dia terus saja mengirimiku pesan. Aku baru berpacaran dengannya 7 hari alias 1 minggu. Tapi lihatlah dia. Seperti aku dan dia sudah berpacaran 10 tahun. “hah?” tanyaku mengangkat panggilannya. Dia mulai mengomel. Terdengar mungkin dia menangis. Sampai akhir klimaksnya aku bertanya “jadi kamu maunya apa?” lalu dia berkata dengan kesalnya. “aku maunya kita putus!” teriaknya membabi buta. Mungkin dia menginginkan respon yang baik yaitu agar aku memohon mohon padanya agar ia tidak memutuskanku jadi baiklah. “beneran kamu mau putus? Aku masih belum mau putus” kataku dengan nada kekanak kanakkan. ”iya!” katanya lalu mulai mengomel lagi. Aku menarik tanganku yang mengepal. Yeay! Akhirnya bisa putus dari gadis menyebalkan ini. “oke.” Kataku pada akhir omelannya.”jangan telepon atau mengirim apapun padaku ya. Bye.” Kataku menutup pembicaraan,
                Gadis gadis ini selalu menyebalkan. Dasar. Mengapa mereka seperti itu sih. Aku ini kan hanya pacar bukan calon suami atau apa. Memangnya mereka pikir aku akan menjadi suami mereka selama 8 tahun kedepan? Aku yakin dalam 8 tahun itu aku akan menemukan perempuan lebih cantik lagi. Lagipula apa gunanya menanyakan kabar setiap 5 menit sekali? Berkata kangen setiap 3 jam sekali. Membosankan. Setiap menutup pembicaraan basa basi itu mereka pasti bilang. I love you. Siapa yang cinta siapa? Aku tidak pernah suka pada mereka. Aku hanya ingin mencari teman untuk nonton film, untuk dinner, ataupun untuk jalan jalan. Lagipula, heh, perempuan yang pernah aku pacari. Apa sekalipun aku pernah bilang kalau aku menyukai kalian.
                Aku ini tampan. Tolong jangan remehkan. Kemungkinan ditolakku hanya 0,000001 %. Aku ini idola. Tampan, pintar, dan anak seorang bussiness woman yang kaya raya. Hebat, kan?. tentu saja. aku sendiri sadar kalau itu sangat hebat. kehebatankulah yang membuatku berperilaku menyebalkan seperti ini. lagi pula, ini salah lili. kalau lili, sahabatku  tidak punya pacar aku tidak perlu pacar. Aku bisa pergi kemanapun dengannya. Tidak butuh seseorang yang menanyai ku kabar karena dia, selalu tahu. Dia ini gadis yang pintar prediksi. Entah apa yang membuatnya begitu tahuu, ketika aku sakit ia selalu datang kerumahku. Ia membawakanku obat demam. Dialah sahabat yang paling mengerti. Tidak pernah menanyaiku kabar atau kata kata basa basi. Tidak pernah mengirimiku pesan 5 menit sekali. Juga jarang menyebalkan. Kubilang jarang karena beberapa kali dia memang menyebalkan ia sering berkata “hati hati kau dikutuk tuhan mempermainkan perempuan seenaknya” sambil meninju perutku. Dia ini cantik. Jagoan. Sempurna dari sudut mata seorang laki laki. Kami bersahabat sejak.... Ah, aku sudah tidak ingat lagi tapi aku yakin itu sudah lama sekali.
                Ada panggilan masuk lagi. Harusnya sih tidak ada karena mantan pacarku seharusnya sedang menangis di kamarnya dan bukan menelepon untuk mengomel. Tapi itu dari lili. Buru buru aku mengangkatnya. Ia menangis. Aku hampir membawa jaket untuk kerumahnya ketika dia bilang
 “ko, dengerin gue sampai gue beres ngomong dan lo jangan pergi kemana mana oke!” dia bercerita tentang pacarnya. Katanya pacarnya minta putus. aku sih sudah tau kalau pacarnya itu menyebalkan. Tapi mengapa mereka putus? mereka berpacaran 3 tahun. Sejak SMA. Bukan seperti aku yang berganti ganti pacar, ia setia. Pacarnya yang sekarang adalah pacar pertamanya. Bahkan awalnya aku curiga mereka akan berpacaran hingga menikah. Tapi pikiranku ini melayang layang. Hatiku ini merasa senang diatas penderitaan sahabatku. Aku senang, karena dia putus. jahat, ya? Tapi begitulah kenyataannya. Aku beberapa kali berusaha membuatnya nyaman. Berkata “tidak apa- apa” dan “aku akan menemuimu besok”. Aku bisa mendengar napas leganya. Seperti isyarat kalau ia sudah tidak apa apa lagi.
                Dia selalu bercerita padaku. Semuanya. Tidak ada yang ia sembunyikan. Ia menceritakan benar benar semuanya seperti aku yang juga begitu. Aku mengiriminya pesan “jangan nangis terus ya, cantik. :*” aku hanya mengirim pesan pesan seperti ini padanya tidak pernah pada  siapapun juga tidak pada pacarku. Kira kira seteengah menit kemudian ada pesan darinya “huh! Lebay! Tapi Iya. Terimakasih <3. Aku tersenyum. Entah mengapa aku senang dikirimi emoticon emoticon heart atau kiss darinya. Bahkan pacarku, atau pacarnya tidak pernah marah ketika melihat emoticon yang kami saling kirimkan itu. Kurasa semua orang tahu kalau kami ini memang hanya sahabat. Dan tidak akan pernah lebih dari itu. aku selalu merasa nyaman dengannya. merasa tidak ada yang perlu disembunyikan. ia selalu tahu apa yang ingin ku bicarakan, apa yang kubenci, dan apa yang membuatku tidak nyaman. dia selalu tahu. dia menelepon lagi. "apa?" tanyaku cepat cepat bahkan aku mengangkatnya pada nada "trdz" pertama. "pacarku minta balikan lagi, ko." rasanya jantungku seperti mau copot. kenapa dia masih memanggil laki laki itu dengan kata "pacar" dan bukan "mantan pacar". kenapa sih si sialan itu harus minta balikan sama sahabat cantikku itu. ia jelas jelas tidak pantas dapatkan lili. "kamu mau terima lagi?" aku bertanya dengan nada yang sebaik baiknya. " aku mau tanya kamu. aku harus terima dia lagi jangan ya?!". aku berpikir sejenak. apa yang harus aku lakukan otakku sih berkata kalau aku harus bilang "ya itu sih terserah kamu.. kamu yang pacaran. kalau kamu ngerasa balikan adalah yang terbaik yaudah bailkan". tapi hatikuu rasannya sangat kesal dan mendorongku untuk bilang "jangan. karena aku menyayangimu.". akhirnya mulutkulah yang memutuskan. tapi ya, dasar mulut sialan. sepertinya dia bersahabat karib dengan hatiku. lili dengan rusuh mematikan teleponnya. mungkin kalau aku bilang dengan cara ini ia pasti tidak akan percaya. merasa terkhianati dan tidak sudi bertemu denganku lagi. tapi aku terus meyakinkan diriku, kalau lili bukanlah orang yang seperti itu. lili tidak akan meninggalkan sahabatnya hanya karena sahabatnya itu menyukainya kan?. dia bilang aku ini adalah orang yang suka mempermainkan perasaan orang. dan setiap aku putus dan membuat perempuan menangis, ia akan memukulku satu kali dibagian perutku dan itu sakit. bagaimana ini? bagaimana aku berani bertemu dengannya lagi dalam hidupku. tidak lama setelah itu aku menyesal terus memukuli mulutku yang tidak dapat bertanggung jawab atas perbuatannnya. aku tidak bisa menyelesaikan permasalahannya hari ini. lili pasti sedang merencanakan jurus apa yang pantas ia gunakan pada laki laki menyebalkan ini. bulan sudah menyingsing dan yah, besok adalah waktu yang tepat.
malam itu aku mendapat banyak mimpi. entah berapa banyak aku bermimpi yang kuingat kebanyakan diantaranya ialah mimpi buruk. aku bangun pagi sekali, mungkin saat fajar. lalu aku berendam aku memutuskan untuk segera minta maaf pada lili dan berkata kalau semua ini hanya bercanda. aku berendam selama 3 jam. kira kira masih jam 7 pagi. dan hari ini kuliahku kosong. aku memutuskan untuk membuat sarapan sambil terus berpikir. terdengar bunyi pin di pintu apartemenku. yang tahu pintu apartemenku itu hanya ada 3 orang. aku, lili dan ibu. ibuku sedang melakukan perjalanan ke amerika dengan adikku. lalu yang menekan tombol pin itu adalah... lili? .
 aku mengintip dan itu benar benar lili. aku panik tidak tahu apa yang harus kulakukan sampai ia masuk dengan hentakkan kakinya dan berteriak "hei! ciko! kesini!". tidak ada lagi yang dapat kulakukan selain mengikuti perintahnya. aku buru buru berlutut takut sambil menundukkan kepalaku. lili berlutut juga. mungkin ia tidak suka memukul kepala atau punggungku apa dia igin memuul perutku lagi?. aku menutup mataku. takut. tapi kurasakan ada tangan yang melingkar di leherku. apa ini? pelukan? lili memelukku. kami sering berpelukan jika baru bertemu atau ketka bahagia tapi mengapa pelukan yang  ini terasa berbeda terasa lebih nyaman. aku ragu ragu tapi akhirnnya membalas pelukannya juga. ia lalu memukuli punggungku, menangis. "kenapa?" katanya dengan suara sangat pelan bebisik di telingaku. "kenapa kau tidak bilang dari dulu?!" aku tersenyum. aku mengerti. dia tidak akan memukulku dan bersikap jahat padaku hanya karena aku menyukainya. dia tidak akan meninggalkanku. aku tahu itu. tapi, apa ini berarti aku jadi pacarnya sekarang?. kami berdiri. walaupun situasinya canggung aku tidak merasakan kecanggungan sama sekali. "jadi... kita pacaran?" kataku dengan nada di-imut-imut-kan. dia tersenyum, mengangguk tapi lalu mengubah ekspresinya "jangan mimpi" katanya manis. hubungan kami tetap seperti ini. sejak dulu sekali. tidak sebagai pacar tapi lebih dari sekedar teman? aku tidak tahu berapa lama kamim akan berteman tapi, aku harap itu lebih dari 50 tahun. meskipun aku bertemu perempuan perempuan yang lebih cantik aku akan terus hanya memperhatikannya. aku tidak akan pernah mempermainkannya. tidak akan bosan dengan pertanyaannya dan kelakukuan menyebalannya. lili, ayo terus seperti ini sampai aku melamarmu, sampai kita menikah dan punya banyak anak. tapi sepertinya kisah ini harus terhenti karena lili meneriakiku dengan behitu kencangnya "hei!MANA SARAPANKU?!". kami tertawa lagi.


-The End-


kisah 3

Dia ada disitu. Sendiri. Menunggu. Seperti diriku. Kita banyak memiliki kesamaan, kecuali pada apa yang kami tunggu. Kagum aku padanya. Kakak kelas cantik yang terlihat menyenangkan. Kagumku yang pertama muncul saat itu, dia sedang tertawa dengan teman temannya tersenyum seolah ia tak punya sedikitpun beban hidup. Kulihat dia hampir terpleset, karena sampah botol plastik yang tadi aku lempar. Ia hampir menjatuhkan kepalanya yang berharga ke tanah. Untung temannya itu sigap menangkapnya. Laki laki. Temannya, laki laki. Bukannya marah dan mengomel, ia mengambil botol itu, membuangnya ke tempat yang benar. Lalu tersenyum, dan bercanda lagi dengan mereka. Aku tidak tau ini takdir atau apa, tapi tuhan membiarkan kami bertemu lagi di kantin, ia berbicara dengan ibu kantin itu, sesuatu. Aku pergi kesana, mencari tahu "bu, kembaliannya lebih loh, kemarin. Maaf ya, baru nyadar pas pulang.. " katanya sambil memberikan uang pecahan 2000an. Kagumku yang ketiga, ini benar benar tidak terduga. Ia bertengkatr. Di depan kelas dan ditonton oleh semua teman sekelasnya. Aku disitu. Mengintip atau apa ya, namanya.. pokoknya aku ada di situ. Diam. Mendengar. Hal yang dapat aku simpulkan adalah ia bertengkar sesama bendahara. Memarahi bendahara yang lain karena menghilangkan uangnya. Dia beberapa kali hanya berkata " tanggung jawab" atau "uangnya kurang". Tapi ini yang membuatku kagum, ia menghela napas, lalu berkata "aku.. hm.. baiklah aku mengerti. Kamu pasti sangat miskin sampai harus mengambil uang yang bukan milikmu, ya? Ah, apa jangan jangan jam baru ini juga hasil curian?" Katanya. Terlihat temannya menangis, dan pergi keluar kelas. Indah. Kata katanya mempermainkan keadaan mental seseorag. Semua orang tidak suka direndahkan dan bang! Dia benat benar memanfaatkan itu. Kulihat beberapa orang menatapnya jijik. Benerapa lagi setuju dengannya. Dia sendiri diam. Terlihat raut mukanya kalau dia sangat merasa berasalah.
Entah ada apa dengan takdirku. Tapi tuhan membiarkan aku menikmati kekaguman kekaguman berikutnya. Uts. Ulangan yang dibenci semua murid itu justru jadi hal baik bagiku. Kami duduk sebangku. Kelas 11 dan kelas 10.
Dia tersenyum padaku. Indah. Menyapaku ringan dengan kata kata " hai, dek dan kita sebangku ya?". Aku hanya tersenyum malu, tak bisa berbuat apa apa lagi . Tak kusangka, malaikat cantik itu juga sangat pintar ia menjawab semua pertanyaan dengan enteng dan tidak sepertikuvyang bahkan menggigit pulpen ditengah ulangan. "Susah ya?". Kata kata itu membuatku malu. Di depan perekpuan itu, aku benar benar tidak boleh terlihat bodoh. Aku memang bodoh, tapi tampan. Hehe. Aku menyadarinya karena aku benat benar sudah belajar semalaman tapi tetap saja tidak pernah bisa ingat. Dia hanya tertawa, saat aku menggoyang giyangkan pahaku, tidak tahu harus mengerjakan soal yang mana. Kami mengobrol. Sedikit. Aku sangat ingat, dia betkata kata kata yang sampai sekarang aku tidak bisa lupa "gak apa apa. Belajar lagi ya.. kelas sepuluh emanh paling susah dilewati kayanya" lalu tersenyum. Ya tuhan, senyum itu benar benar menenangkan. Aku sampai tidak bisa tidak tersenyum setelah melihatnya tersenyum seindah itu. Kemudian aku melihatnya bersama teman laki laki itu. Kesal. Mengapa ia sesering itu bersama laki laki menyebalkan itu. Laki laki itutidak ganteng tidaj kelihatan pintar juga. Entah apa yang membuat orangvyang aku kagumi itu selalu dekat dekat dengannya. Awalnya aku kira mereka hanya teman. Tapi sepertinya pacar. Bukan sepertinya, tapi benar benar pacar. "Hai" katanya, tersenyum. "Ha..ha..hai" aku terbata bata kaget dengan sapaan tiba tiba itu. "lagi nunggu apa? Dih. Sendirian aja, pacarnya mana?" Dia bercanda lalu tertawa kecil. Cantik. "Hm... gak punya kak? Kakak lagi nunggu siapa?". "Lagi nunggu pacar dong!" Katanya sambil tersenyum seperti biasa. Entah apa yang aku pikirkan tapi aku tidak bisa membalas senyumnya yang ini. Jantungku sepertinya melemah. Aku curiga ini tanda tanda penyakit jantung. Lalu laki laki itu datang, melambai padanya dari sepeda keren yang terlihat menyebalkan. "Kakak duluan ya!" Dia melambai dengan lucunya. Menggemaskan sekali. Tapi dadaku masih terasa sesak. Perutku mual dan sepertinya aku mau muntah. Aku mengaguminya. Tidak. Bahkan lebih mengaguminya. Aku menyukainya. Aku suka ketika ia tersenyum. Aku suka ketika dia menertawakanku yang tak bisa mengerjakan soal soal ulanganiyu. Aku suka ketika dia tidak memaksaku untuk menjawab pertanyaannya. Jelas jelas dia tadi bertanya aku sedang menunggu apa. Aku tidak menjawabnya. Aku juga tidak tahu aku menunggu apa. Mungkin menunggu inspirasi, mungkin menunggu transportasi, mungkin juga menunggunya. Aku akan tetap melihatmu kakak cantik. Tetap kagum dan menyukaimu. Terserah kau punya pacar atau tidak, aku tetap ada disini, menunggu sampai kau sadar kalau aku mengagumimu. Menyukaimu.♡

Minggu, 21 September 2014

Tentang novel “Remember When”

                Ketika sedang tidak tahu memilih novel apa, saya akhirnya menjatuhkan pilihan pada novel buatan Winna Effendi (yang sukses memfilmkan novel buatannnya “refrain”) yang berjudul remember when. Awalnya memilih novel ini karena ceritanya tentang kehidupan anak SMA, juga karena nama besar Winna Effendi sebagai penulis cerita remaja yang menurut saya sangat oke. Ketika diawal, saya sempat bingung karena novel ini dibuat dengan 5 sudut pandang 4 tokoh utama dan 1 tokoh pembantu. Tokohnya adalah:
Freya. Pacar Moses sekaligus sahabat Anggia.
Anggia. Pacar Adrian sekaligus sahabat Freya.
Moses. Pacar Freya sekaligus sahabat Adrian
Adrian. Pacar Anggia sekaligus sahabat Moses.
Awalnya sempat kesal karena sudut pandang pada novel ini banyak dan membuat bingung. Tapi di bab bab pertama, saya mulai menikmati cerita tentang Freya yang bosan terhadap hidupnya dan kisah percintaannya bersama Moses. Saya kira ia akan melakukan perubahan besar tapi ternyata tidak, ia malah terkesan tak berdaya dan patut dikasihani. Konflik mulai terasa hambar ketika secara sekonyong konyong ibu dari Adrian meninggal akibat kecelakaan yang terkesan dipaksakan. Adrian mulai merasa lebih nyaman dengan Freya daripada pacarnya sendiri, karena Freya mengerti persaanya karena mereka berdua sama sama tidak punya ibu.. what? . Di novel ini, mungkin penulis menginginkan pembaca untuk menafsirkan kalau cinta tidak bisa dipaksakan dan kapan saja bisa memudar juga membosankan. Tapi sungguh, ceritanya malah terkesan sekenanya dan saya sendiri menafsirkan kalau cinta cerita cinta 4 sejoli gak jelas ini hanyalah cinta monyet yang mengandung cerita klise yang banyak ditayangkan di tv swasta siang hari.
Tapi karena sudah membacanya, saya lanjutkan cerita ini sampai tuntas dan betul deh, kalau bukan demi Winna effendi, saya tidak akan menyelesaikan cerita ini. Apalagi Adrian dan Freya yang bikin kesal, mereka sangat egois tapi penulis masih memaksakan kalau mereka hanyalah dua sejoli yang ingin jujur dan bebas. Juga Anggia yang masih mempertahankan kebodohannya(karena ia sudah memberikan segalanya pada Adrian, dan dia tidak menyesal.. what?) dengan masih mengharapkan Adrian yang lebih menyukai sahabatnya. Freya, menurut saya adalah tokoh yang paling menjengkelkan. Ia tidak mau mengorbankan pacarnya, tapi justru dialah yang paling menginginkan semuanya. Intinya, Freya, Adrian, dan Anggia, semuanya adalah tokoh yang tak tahu diri dan mengesalkan( Penulis membuat sosok seorang remaja yang tidak patut dicontoh). Dan yang tidak kalah konyol adalah penulis memasukan satu tokoh sahabat Freya yang ikut ikutan kisah cinta dengan menyukai Anggia. Jelas jelas ini menunjukkan kalau cinta tidak harus memiliki tapi kesannya pemaksaan dan terkesan roman picisan. Satu satunya tokoh yang saya suka adalah Moses. Ketika tahu Freya ‘berselingkuh’ dengan Adrian yang ia lakukan adalah melepaskan Freya dan menonjok Adrian. Dia berani meninju seseorang setelah sekian lama tidak cari masalah dengan siapapun. Tapi lagi lagi menjengkelakan, Adrian meninju balik dan tinjuannya mengenai Freya. Seeakan tidak memberi ruang untuk menikmati cerita, penulis terus terusan memasukkan kejadian sekenanya, dibuat buat, dan sudah banyak di kisah roman lainnya.
Apalagi akhirnya yang terkesan super duper dipaksakan. Lagi lagi dengan tiba tiba dibantu pencerahan temannya anggia kini melepaskan adrian pergi kepada freya.. what?. Setelah bertahun tahun lamanya, mereka bertemu lagi, dan dikisahkan memiliki akhhir tidak jelas yang sepertinya bahagia. Begitu, dan tamat.
Yah, yang penting saya sudah cukup kuat membacanya sampai akhir. Saya tidak merekomendasikan ini sebagai bacaan ringan, tapi novel ini tidak membuat saya tidak menyukai Winna Effendi. Dan sekali lagi, kalau bukan Winna Effendi yang merangkai kata katanya, saya sudah menutup novel ini pada halaman kesepuluh. 2 bintang untuk novel ini karena pilihan diksi yang bagus dan usaha penulis untuk membuat novel 5 sudut pandang. Terus berjuang Winna Effendi! Saya harap, novel novel selanjutnya lebih baik... :)

Tentang novel “Sunshine Become You”



Ketika jalan jalan ke toko buku, tatapan saya tertuju pada buku yang tertempeli tulisan national best seller. Ketika melihat penulisnya, saya langgsung tertarik karena novel itu adalah novel karya Ilana Tan. Penulis misterius (karena tidak pernah menceritakan dirinya di catatan penulis dengan detail) ini, sukses mebuat buku trilogi 4 musim. Tanpa ragu, saya membelinya (walaupun uang jajan pas pasan).
Ketika membuka halaman awal awal saya disodorkan puisi behasa inggris yang saya tidak mengerti. Tapi ketika membaca halaman halaman selanjutnya, saya terhanyut dalam cerita dan tidak mau berhenti membaca atau menskip satu halamanpun. Diawali dengan kehadiran Ray hirano, yang awalnya saya kira adalah tokoh utama cerita. Juga pertemuan Mia Clark dan Alex hirano. Kata katanya mengalun seperti tidak ada yang dapat menghentikan saya untuk ikut bergabug bersama Alex dan Mia. Mereka bertemu dengan ketidak sengajaan, Mia Clark mematahkan tangan Alex, sang pianis yang begitu berarga. Hubungan mereka di mulai dengan pertengkaran kecil karena Alex kesal ia menskip konser konsernya karena Mia. Dan Mia tidak punya daya untuk mengganti rugi seluruh konser Alex. Konflik mulai seru ketika kita tahu kalau Mia memiliki penyakit jantung yang kronis dan tidak bisa disembuhkan sampai akhirnya Mia meninggal.
Awalnya saya kira  novel ini berakhir bahagia karena operasi transplantasi jantung Mia berhasil. Tapi ternyata tidak. Ilana Tan tidak memberi ruang bagi pembaca untuk mengira ngira dan membuat perkiraan itu benar. Saya kagum dengan penulis karena tidak memaksakan secuil hal pun dalam novel indah ini. Tidak memaksa Ray adan Alex untuk bermusuhan memperebutkan Mia. Tidak memaksa Mia yang tidak mempunyai orang tua kandung itu berjelajah mencari orang tuanya. Tidak pula memaksa Mia untuk hidup kembali dan hidup bahagia bersama Alex. Adegan romantis di novel ini memang ada beberapa yang terkesan terlalu biasa tapi Alex, Mia, dan rangkaian kata Ilana Tan membuat peristiwa demi peristiwa terkesan begitu asyik untuk diselami.
Begitu senangnya saya membaca novel ini sampai nangis lama setelah baca akhirnya. Yang paling saya suka adalah Alex yang sepertinya sangat mencintai Mia apapun yang terjadi dan tidak ketinggalan lagunya ‘sunshine become you’ yang awalnya berjudul ‘thingking of Clark’. Saya juga suka cara penulis dengan tidak terlalu banyak menceitakan kehidupan Ray dan cara Mia tidak menolak Ray dan tidak juga menerimanya. Saya juga suka ketika penulis tidak memberikan kesempatan bagi Ray untuk menyatakan cintanya pada Mia dan membuat konfliknya alot.
                Saya merekomendasikan buku ini kepada siapapun yang menyukai cerita roman. 4 bintang untuk buku Ilana Tan ini. Keren! J